Arsitektur hijau menggunakan berbagai teknik dan strategi untuk menghemat air, seperti:
1. Pemanenan air hujan: Bangunan hijau menangkap air hujan dan menggunakannya kembali untuk berbagai keperluan seperti irigasi, menyiram toilet, dan membersihkan.
2. Perlengkapan aliran rendah: Bangunan hijau menggunakan pancuran, toilet, dan keran aliran rendah untuk mengurangi jumlah air yang digunakan secara tidak perlu.
3. Penggunaan kembali Greywater: Greywater adalah air limbah yang berasal dari sumber selain toilet, seperti bak cuci, pancuran, dan mesin cuci. Bangunan hijau menggunakan kembali greywater untuk irigasi dan pembilasan toilet.
4. Pengelolaan air hujan: Bangunan hijau mengelola air hujan dengan menggunakan teknik seperti atap hijau, trotoar permeabel, dan kebun hujan. Sistem ini memperlambat aliran air hujan, memungkinkannya menyaring ke dalam tanah secara perlahan dan mencegah erosi tanah dan banjir.
5. Lansekap hemat air: Bangunan hijau mempromosikan lansekap dengan tanaman asli yang membutuhkan lebih sedikit penyiraman dan dapat beradaptasi dengan kondisi iklim setempat.
Dengan menerapkan strategi konservasi air ini, arsitektur hijau dapat secara signifikan mengurangi jumlah air yang digunakan dalam bangunan dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan sambil mempertahankan kualitas hidup yang dinikmati oleh penghuninya.
Tanggal penerbitan: